Senin, 11 November 2013
Browse Manual »
Wiring »
banget
»
cerita
»
kumpulan
»
seram
»
kumpulan cerita seram banget
cerita seram melihat orang yang sudah meninggal
kejadian ini terjadi pada tahun 1995 pas malam Jum’at legi, lebih tepatnya sudah gak ingat lagi (maaf sudah terlalu lama). Saya ingat malam Jum’at legi karena malam ini di kampung kami yang memegang adat Jawa sangat mensakralkan malam ini.
Langsung saja, ketika itu saya, Eko dan beberapa teman lain sedang kumpul-kumpul sambil gitaran (di kampung kami biasa menyebutnya Cangkruk) karena memang situasinya sedang liburan kenaikan kelas (waktu itu saya dan Eko naik kelas 2 SMP). Dulu liburan kenaikan kan lebih dari 1 bulan jadi ketika kami "cangkruk" yang pasti ada rasa bosan karena tiap malam selalu cangkruk dan usia kami masih SMP jadi kondisi keuangan selalu minim, jadi hiburan kami selalu kumpul dan main gitar, begitu terus. Kalaupun ada kegiatan lain mungkin kami akan bakar ketela atau apalah (maklum kami anak kampung). Oh ya, saya tinggal di Banyuwangi daerah selatan (pinggir hutan Purwo), jadi kalau masalah cerita yang seram sih di tempatku sangat banyak. Jadi besok kalau saya punya waktu luang akan saya "cicil" untuk menceritakannya.
Sorry ngelantur... Waktu itu Eko karena bosan ngajak saya dan teman-teman lainnya untuk mancing belut di kanal (sungai buatan kecil untuk mengairi sawah). Beruntung saya menolak karena saya selalu mempunyai keberuntungan yang kecil dalam memancing dengan kata lain "saya gak bisa mancing".
Nah akhirnya Eko dan tiga teman saya yang lain berangkat memancing. Sampai di kanal gak ada masalah meskipun kondisinya gelap gulita dan tidak ada satu rumah penduduk (ya jelas dong karena di sawah). Mereka bergerak perlahan mencari lubang demi lubang tempat belut bersarang. Lumayan mereka sudah mendapatkan banyak tangkapan sampai akhirnya alur kanal tersebut belok ke arah desa. Nah ada beberapa rumah di pinggir area persawahan tersebut, termasuk rumah mbah Suro (mbah Suro seorang duda tinggal sendiri dan anaknya merantau dan tidak pernah kembali) depan rumah tersebut merupakan pekarangan, belakangnya rimbunan pohon bamboo, samping kanannya pekarangan juga dan kirinya langsung berbatasan dengan kanal tempat Eko cs memancing.
Pada waktu itu Eko cs merasa curiga karena rumah tersebut kok ada penerangannya meskipun hanya "dimar ublik" (lampu tempel berbahan bakar minyak tanah) padahal mereka tahu kalau mbah Suro sudah meninggal belum ada 7 harinya sedangkan anak-anaknya tidak mengetahui kabar tersebut (karena belum ada HP, telephon saja belum) dan kamipun ikut Ta’jiah waktu itu (adat kami di desa masih sangat "Gotong Royong" sekali, tapi sekarang sudah mulai luntur meskipun demikian kalau masalah kematian warga kami tetap kompak sampai sekarang).
Rasa penasaran yang semakin menjadi membuat Eko cs mengintip (dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang sudah lama sehingga sangat mudah untuk membuat lubang buat ngintip). Setelah para pemancing mania tersebut mengintip, tanpa komando mereka langsung lari semburat sampai alat pancing dan belutnya pun tertinggal.
Ternyata diantara celah lobang anyaman bambu yang mereka buat, mereka melihat sebuah dimar ublik yang diletakkan di atas meja panjang dan dihadapan dimar tersebut terdapat sesosok tubuh yang dibalut kain putih kotor oleh tanah dalam keadaan duduk memandangi dimar tersebut dengan tatapan kosong. Dan mereka dengan jelas melihat wajah diantara celah kain kotor yang membungkusnya tersebut... adalah wajah mbah Suro.
hantu di rumah sakit immanuel bandung
Assalamu`alaikum wr. wb. Cerita ini sebenarnya adalah pengalaman dari ibu saya saat melahirkan saya (sekitar 12 tahun yang lalu) di RS Immanuel Bandung. Selamat membaca! :)
Kamis 20 Juli 2000 jam 14.35 WIB...
Proses persalinan berlangsung lancar pada hari itu dan baru saja terlahir seorang bayi perempuan yang sehat dan lucu (dimana-mana bayi emang lucu sih hehehe...). Nenek, Ayah, Kakak, dan saudara-saudara saya yang lainnya menyambut kedatangan saya dengan gembira dan sukacita.
Malam pun datang...
Ibu saya masih menginap di rumah sakit karena kondisinya yang belum stabil. Ibu saya tidur di sebuah kamar di rumah sakit itu ditemani seorang pembantu yang tidur di atas sofa yang terletak di sebelah kasur ibu, dan saya tidur di kamar bayi yang terpisah jauh dari kamar ibu saya.
Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, pembantu yang menemani ibu saya sudah tertidur pulas di atas sofa namun, ibu saya belum bisa tidur. Perasaan gelisah menghantui pikiran ibu saya, ibu mencemaskan saya yang tidur di kamar bayi yang letaknya lumayan jauh dari kamarnya.
Di saat kegelisahan itu sedang menghantui pikiran ibu saya, tiba-tiba saja perhatiannya terpecah karena terdengar suara yang sangat gaduh dari luar kamar. Suara yang sangat mengganggu pada saat itu. Suaranya terdengar seperti ada keranda yang sedang didorong dengan kencangnya (seperti ada yang baru saja meninggal dunia pada malam itu) dan juga terdengar suara isak tangis dari keluarga almarhum, mereka menangis histeris.
Ibu saya pun mulai curiga karena suara itu lama sekali terdengar. Rasanya ingin sekali berjalan turun dari kasur dan mengintip di jendela namun, ada yang membisikkan ibu saya untuk jangan melakukan hal itu karena akan ada hal buruk yang terjadi. Ibu saya pun mengurungkan niatnya untuk mengintip di jendela, dan memutuskan untuk berdoa saja.
Paginya ibu saya bertanya kepada suster yang bertugas pada hari itu "Suster, tadi malam ada yang meninggal nggak ya???" tanya ibu saya. "Iya bu, ada. Tapi Ibu tahu darimana ya??". "Tadi malam saya mendengar keranda melewati ruangan ini, isak tangis keluarga pun terdengar". "Apa??? Ibu nggak salah dengar? Memang tadi malam ada yang meninggal tapi nggak lewat sini bu, yang meninggal langsung dibawa ke kamar jenazah yang juga tidak melewati ruangan ini bu" jelas suster itu. Ibu saya pun terdiam mendengarnya.
Suara itu pun terdengar selama dua hari dua malam. Karena ibu saya yang sudah tidak kuat lagi, ibu saya pun memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Saking terburu-burunya, popok milik rumah sakit yang saya gunakan pun ikut terbawa pulang (popok yang terbawa cuma 1 yaitu yang saya gunakan).
Sekian cerita dari saya, maaf kalau nggak atau kurang seram karena ibu saya kurang jelas menceritakannya.
Terimakasih sudah membaca,
Assalamu`alaikum wr. wb.
Cerita Seram Guru SD Ku
Hai, nie cerita guru SD ku. Sewaktu baru masuk kelas 1 SD, jumlah murid di kelasku ada 40 orang. Sayang beberapa hari kemudian berkurang satu orang. Temanku Dodo diberitakan meninggal dunia akibat kecelakaan.
Tragisnya kecelakaan itu bermula ketika si Dodo salah pake baju seragam. Karena takut dimarahi guru, Dodo yang biasa diantar jemput mamanya, nekat pulang sendiri untuk berganti baju tepat beberapa menit menjelang bel berbunyi.
Sekolahku berbatasan langsung dengan jalan raya dengan arus lalu lintas yang cukup ramai. Untuk anak seusia Dodo itu sangat berbahaya. Benar aja, beberapa menit kemudian terdengar derit dan dentuman keras dari depan sekolah. Dodo ditemukan terkapar bersimbah darah. Saat itu guruku lah yang mengantar nya ke rumah sakit. Sayang dalam perjalanan dodo menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan guruku.
Enam tahun kemudian tepatnya setelah ujian kelulusan, alhamdulillah, sekolah ku meraih nilai terbaik kecamatan dan peringkat 3 kabupaten. Cukup membanggakan bagi guru dan sekolahku. Malam sebelum rapor dan ijazah dibagikan, guruku mengecek lagi nilai-nilai dari siswanya. Meringkasnya kedalam tiap map bertuliskan tiap nama siswa. Tiba-tiba guruku dikejutkan dengan map bertuliskan nama Dodo.
Dalam map itu ada ijazah dan rapor yang kosong tidak ada nilainya. Seketika bulu kuduknya merinding. Antara sadar dan tidak dia melihat dodo berdiri di sudut ruangan dengan wajah penuh darah seperti memohon kepadanya "Bu, tolong isi nilai-nilai saya bu". Guruku memekik "Astaghfirullah". Sekejap kemudian Dodo telah menghilang. Map berisi ijazah dan rapor dodo pun menghilang. Guruku melanjutkan tugas-tugasnya kembali.
Setelah selesai, beliau menghitung jumlah mapnya untuk memastikan tidak ada map yang tertinggal. Betapa terkejutnya, map itu berjumlah 40, padahal seharusnya 39. Barangkali salah menghitung, dia ulangi kembali, tapi jumlahnya masih tetap 40. Dia ulangi lagi, masih juga 40. Akhirnya dia putuskan meninggalkan map-map itu. Toh tugas-tugasnya udah rampung.
Esok harinya waktunya membagikan map-map itu kepada murid-murid. Sesuai dengan jumlah muridnya 39. Pas,tidak ada sisa. Tidak ada map Dodo. Guruku bernafas dengan lega. Sepulang dari sekolah, beliau menyempatkan diri berziarah ke makam muridnya, Dodo.
kumpulan cerita seram banget
berikut ini adalah cerita seram bangett yang saya kumpulkan dari berbagai sumber, ya buat kamu yang penakut sebaiknya jangan baca tulisan ini karena seremmm banget, bisa buat bulu kuduk merinding. termasuk saya sendiri yang mengumpulkan cerita cerita seram ini, ya cerita ini pas banget di baca pas malem jumát tengah malem dan lagi sepi sepinya, manteb dah xixixixi. ok langsung saja deh berikut kumpulan cerita seram banget
cerita seram melihat orang yang sudah meninggal
kejadian ini terjadi pada tahun 1995 pas malam Jum’at legi, lebih tepatnya sudah gak ingat lagi (maaf sudah terlalu lama). Saya ingat malam Jum’at legi karena malam ini di kampung kami yang memegang adat Jawa sangat mensakralkan malam ini.
Langsung saja, ketika itu saya, Eko dan beberapa teman lain sedang kumpul-kumpul sambil gitaran (di kampung kami biasa menyebutnya Cangkruk) karena memang situasinya sedang liburan kenaikan kelas (waktu itu saya dan Eko naik kelas 2 SMP). Dulu liburan kenaikan kan lebih dari 1 bulan jadi ketika kami "cangkruk" yang pasti ada rasa bosan karena tiap malam selalu cangkruk dan usia kami masih SMP jadi kondisi keuangan selalu minim, jadi hiburan kami selalu kumpul dan main gitar, begitu terus. Kalaupun ada kegiatan lain mungkin kami akan bakar ketela atau apalah (maklum kami anak kampung). Oh ya, saya tinggal di Banyuwangi daerah selatan (pinggir hutan Purwo), jadi kalau masalah cerita yang seram sih di tempatku sangat banyak. Jadi besok kalau saya punya waktu luang akan saya "cicil" untuk menceritakannya.
Sorry ngelantur... Waktu itu Eko karena bosan ngajak saya dan teman-teman lainnya untuk mancing belut di kanal (sungai buatan kecil untuk mengairi sawah). Beruntung saya menolak karena saya selalu mempunyai keberuntungan yang kecil dalam memancing dengan kata lain "saya gak bisa mancing".
Nah akhirnya Eko dan tiga teman saya yang lain berangkat memancing. Sampai di kanal gak ada masalah meskipun kondisinya gelap gulita dan tidak ada satu rumah penduduk (ya jelas dong karena di sawah). Mereka bergerak perlahan mencari lubang demi lubang tempat belut bersarang. Lumayan mereka sudah mendapatkan banyak tangkapan sampai akhirnya alur kanal tersebut belok ke arah desa. Nah ada beberapa rumah di pinggir area persawahan tersebut, termasuk rumah mbah Suro (mbah Suro seorang duda tinggal sendiri dan anaknya merantau dan tidak pernah kembali) depan rumah tersebut merupakan pekarangan, belakangnya rimbunan pohon bamboo, samping kanannya pekarangan juga dan kirinya langsung berbatasan dengan kanal tempat Eko cs memancing.
Pada waktu itu Eko cs merasa curiga karena rumah tersebut kok ada penerangannya meskipun hanya "dimar ublik" (lampu tempel berbahan bakar minyak tanah) padahal mereka tahu kalau mbah Suro sudah meninggal belum ada 7 harinya sedangkan anak-anaknya tidak mengetahui kabar tersebut (karena belum ada HP, telephon saja belum) dan kamipun ikut Ta’jiah waktu itu (adat kami di desa masih sangat "Gotong Royong" sekali, tapi sekarang sudah mulai luntur meskipun demikian kalau masalah kematian warga kami tetap kompak sampai sekarang).
Rasa penasaran yang semakin menjadi membuat Eko cs mengintip (dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang sudah lama sehingga sangat mudah untuk membuat lubang buat ngintip). Setelah para pemancing mania tersebut mengintip, tanpa komando mereka langsung lari semburat sampai alat pancing dan belutnya pun tertinggal.
Ternyata diantara celah lobang anyaman bambu yang mereka buat, mereka melihat sebuah dimar ublik yang diletakkan di atas meja panjang dan dihadapan dimar tersebut terdapat sesosok tubuh yang dibalut kain putih kotor oleh tanah dalam keadaan duduk memandangi dimar tersebut dengan tatapan kosong. Dan mereka dengan jelas melihat wajah diantara celah kain kotor yang membungkusnya tersebut... adalah wajah mbah Suro.
hantu di rumah sakit immanuel bandung
Assalamu`alaikum wr. wb. Cerita ini sebenarnya adalah pengalaman dari ibu saya saat melahirkan saya (sekitar 12 tahun yang lalu) di RS Immanuel Bandung. Selamat membaca! :)
Kamis 20 Juli 2000 jam 14.35 WIB...
Proses persalinan berlangsung lancar pada hari itu dan baru saja terlahir seorang bayi perempuan yang sehat dan lucu (dimana-mana bayi emang lucu sih hehehe...). Nenek, Ayah, Kakak, dan saudara-saudara saya yang lainnya menyambut kedatangan saya dengan gembira dan sukacita.
Malam pun datang...
Ibu saya masih menginap di rumah sakit karena kondisinya yang belum stabil. Ibu saya tidur di sebuah kamar di rumah sakit itu ditemani seorang pembantu yang tidur di atas sofa yang terletak di sebelah kasur ibu, dan saya tidur di kamar bayi yang terpisah jauh dari kamar ibu saya.
Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, pembantu yang menemani ibu saya sudah tertidur pulas di atas sofa namun, ibu saya belum bisa tidur. Perasaan gelisah menghantui pikiran ibu saya, ibu mencemaskan saya yang tidur di kamar bayi yang letaknya lumayan jauh dari kamarnya.
Di saat kegelisahan itu sedang menghantui pikiran ibu saya, tiba-tiba saja perhatiannya terpecah karena terdengar suara yang sangat gaduh dari luar kamar. Suara yang sangat mengganggu pada saat itu. Suaranya terdengar seperti ada keranda yang sedang didorong dengan kencangnya (seperti ada yang baru saja meninggal dunia pada malam itu) dan juga terdengar suara isak tangis dari keluarga almarhum, mereka menangis histeris.
Ibu saya pun mulai curiga karena suara itu lama sekali terdengar. Rasanya ingin sekali berjalan turun dari kasur dan mengintip di jendela namun, ada yang membisikkan ibu saya untuk jangan melakukan hal itu karena akan ada hal buruk yang terjadi. Ibu saya pun mengurungkan niatnya untuk mengintip di jendela, dan memutuskan untuk berdoa saja.
Paginya ibu saya bertanya kepada suster yang bertugas pada hari itu "Suster, tadi malam ada yang meninggal nggak ya???" tanya ibu saya. "Iya bu, ada. Tapi Ibu tahu darimana ya??". "Tadi malam saya mendengar keranda melewati ruangan ini, isak tangis keluarga pun terdengar". "Apa??? Ibu nggak salah dengar? Memang tadi malam ada yang meninggal tapi nggak lewat sini bu, yang meninggal langsung dibawa ke kamar jenazah yang juga tidak melewati ruangan ini bu" jelas suster itu. Ibu saya pun terdiam mendengarnya.
Suara itu pun terdengar selama dua hari dua malam. Karena ibu saya yang sudah tidak kuat lagi, ibu saya pun memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Saking terburu-burunya, popok milik rumah sakit yang saya gunakan pun ikut terbawa pulang (popok yang terbawa cuma 1 yaitu yang saya gunakan).
Sekian cerita dari saya, maaf kalau nggak atau kurang seram karena ibu saya kurang jelas menceritakannya.
Terimakasih sudah membaca,
Assalamu`alaikum wr. wb.
Cerita Seram Guru SD Ku
Hai, nie cerita guru SD ku. Sewaktu baru masuk kelas 1 SD, jumlah murid di kelasku ada 40 orang. Sayang beberapa hari kemudian berkurang satu orang. Temanku Dodo diberitakan meninggal dunia akibat kecelakaan.
Tragisnya kecelakaan itu bermula ketika si Dodo salah pake baju seragam. Karena takut dimarahi guru, Dodo yang biasa diantar jemput mamanya, nekat pulang sendiri untuk berganti baju tepat beberapa menit menjelang bel berbunyi.
Sekolahku berbatasan langsung dengan jalan raya dengan arus lalu lintas yang cukup ramai. Untuk anak seusia Dodo itu sangat berbahaya. Benar aja, beberapa menit kemudian terdengar derit dan dentuman keras dari depan sekolah. Dodo ditemukan terkapar bersimbah darah. Saat itu guruku lah yang mengantar nya ke rumah sakit. Sayang dalam perjalanan dodo menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan guruku.
Enam tahun kemudian tepatnya setelah ujian kelulusan, alhamdulillah, sekolah ku meraih nilai terbaik kecamatan dan peringkat 3 kabupaten. Cukup membanggakan bagi guru dan sekolahku. Malam sebelum rapor dan ijazah dibagikan, guruku mengecek lagi nilai-nilai dari siswanya. Meringkasnya kedalam tiap map bertuliskan tiap nama siswa. Tiba-tiba guruku dikejutkan dengan map bertuliskan nama Dodo.
Dalam map itu ada ijazah dan rapor yang kosong tidak ada nilainya. Seketika bulu kuduknya merinding. Antara sadar dan tidak dia melihat dodo berdiri di sudut ruangan dengan wajah penuh darah seperti memohon kepadanya "Bu, tolong isi nilai-nilai saya bu". Guruku memekik "Astaghfirullah". Sekejap kemudian Dodo telah menghilang. Map berisi ijazah dan rapor dodo pun menghilang. Guruku melanjutkan tugas-tugasnya kembali.
Setelah selesai, beliau menghitung jumlah mapnya untuk memastikan tidak ada map yang tertinggal. Betapa terkejutnya, map itu berjumlah 40, padahal seharusnya 39. Barangkali salah menghitung, dia ulangi kembali, tapi jumlahnya masih tetap 40. Dia ulangi lagi, masih juga 40. Akhirnya dia putuskan meninggalkan map-map itu. Toh tugas-tugasnya udah rampung.
Esok harinya waktunya membagikan map-map itu kepada murid-murid. Sesuai dengan jumlah muridnya 39. Pas,tidak ada sisa. Tidak ada map Dodo. Guruku bernafas dengan lega. Sepulang dari sekolah, beliau menyempatkan diri berziarah ke makam muridnya, Dodo.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar