Sabtu, 07 Desember 2013
Browse Manual »
Wiring »
cerpen
»
cinta
»
dan
»
hati
»
kekasih
»
persahabatan
»
sahabat
»
Cerpen Persahabatan dan Cinta SAHABAT KEKASIH HATI
Sebuah kisah berawal dari kebersamaan kami mengarungi hidup ini, sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Kami selalu menghabiskan waktu kami bersama dengan bermain di taman yang terdapat di komplek perumahan. Tidak ada sedikitpun waktu yang tak kami habiskan bersama. Kebersamaan kami tercipta karena kedua orangtua kami bersahabat sejak jaman SMA. Dan sekarang kami telah tumbuh dewasa, lulus dari SMA dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
“Syafira ........ ,” teriak mama yang membangunkanku dari tidur yang terselimuti mimpi-mimpi indah. Syafira, ya itu tentu nama aku. Kakek yang memberikan nama itu untukku, Syafira Namira Alatas. Tanpa aku menjawab panggilan mama, aku bergegas bangun dan mandi. Sudah kebiasaan pagiku seperti ini.
“Pagi Ma, Pa,” sapaku setelah turun dari istana kamarku.
“Kamu tidak pergi mencari universitas untuk kamu melanjutkan pendidikan , Ra ?” Tanya mama kepadaku .
Dengan nada santai aku menjawab , “gimana ya Ma , tahun depan saja ya ?”
“Lohh , kenapa kamu tanya sama mama ? Kan kamu yang ingin menjalaninya . Apa kamu tidak ada keinginan melanjutkan ? Ya kalau bisa di luar negeri seperti Gantara ,” balas mama . Gantara Prawija , dialah sahabatku sejak Taman Kanak-kanak , anak dari sahabat kedua orangtuaku .
Dengan tertawa aku menjawab , “hahaha , haduhh Mama , Gantara juga gag ambil beasiswa yang didapatnya .”
Tanpa diundang untuk ikut berbicara , kak Lintang sambil memegang kepalaku membalas , “sok tahu kamu , kamu tahu dari mana ?”
Kak Lintang , kaka lelakiku yang sangat sayang padaku .
“Ya aku tahu dari orangnya langsunglah kak , masa tahu dari pembantu rumahnya,” sambarku dengan cepat .
“Benar-benar sok tahu ini anak , makanya tanya lagi sama anaknya yang pasti . Orang kemaren anaknya ngomong sendiri mau ambil beasiswa itu,” tambah kak Lintang . Dengan nada rendah dan sedikit kecewa aku bertanya ,
“kakak serius Gantara yang bilang sendiri ?”
“Iya kucing manis .....,” jawab kak Lintang . Tanpa banyak bicara aku bergegas kembali ke kamar dengan rasa kecewa .
“Kenapa tuh anak Ma ?” tanya kak Lintang . Mama hanya bisa menjawab dengan menaikkan kedua bahunya karena tidak tahu .
Sore yang indah , ditemanani udara yang sejuk , matahari sore yang menyapa dan hijaunya rerumputan . Perasaan kecewaku terhadap Gantara masih menyelimuti hatiku . Tanpa rasa bersalah dia mengajakku ke taman sore ini . “Kemarin seharian kemana , Ra ?” Tanya Gantara dengan memandangi wajahku . Aku yang tak ingin menatap wajahnya berusaha untuk menjawab, “di rumah aja ko , mau main gag enak badan , lagi pula kata kak Lintang juga kamu keluar kan dari pagi.” “Maafkan aku Ra , jika kamu sekarang merasa aku sudah mengecewakan kamu . Tapi aku tidak bermaksud seperti itu , ingin aku mengatakannya kepadamu hari ini , tapi aku yakin kamu sudah tahu apa yang ingin aku katakan kepadamu,” jelas Gantara dengan rasa bersalahnya . “Apa sudah kamu urus semuanya ? Kapan berangkatnya ?” Tanyaku dengan sedikit berlinang airmata . Kedua tangannya yang dingin memegang erat bahuku dan dia hadapkan aku pada wajahnya dan menjawab , “ tak perlu kau tangisi aku Ra , sekian lamanya kita bersama , aku tak ingin melihat airmatamu jatuh hanya untuk kepergianku . Selama ini , aku pergipun tak mengapa untukmu Ra .” “Selama ini kamu pergi ke luar kota Gan dan itu pun hanya hitungan hari , tapi ini kamu pergi untuk hitungan waktu bertahun-tahun dan bukan ke luar kota melainkan ke luar negeri ,” balasku dengan nada tinggi . Aku bangkit dari tempat dudukku dan segera meninggalkan Gantara di taman seorang diri . Aku masih tidak mengerti dengan keputusannya , tiba-tiba dan tidak memikirkan perasaanku dan perkataan dia saat melanngkahkan kaki keluar gerbang sekolah selepas kelulusan . “Aku tidak akan meninggalkan kamu sendiri Ra,” kata Gantara dengan memegang erat tanganku .
Sudah 2 hari aku tidak berkomunikasi dengan Gantara , setiap dia sms ataupun menelpon , aku tidak memberikan jawaban . Memang hubungan yang kami jalani hanya sebatas persahabatan , tapi aku merasa ada yang hilang dari hidupku jika dia pergi meninggalkanku . Dulu teman-temanku sering bilang , kalau kami cocok menjadi sepasang kekasih . Namun , tak sedikit terlintas perasaan ingin memiliki Gantara lebih dari seorang sahabat . Ayu , sahabatku dan Gantara semasa SMA , selalu memberikan masukkan kepadaku 2 hari ini . Sayangnya , hanya memalui ponsel kami berkomunikasi , itu dikarenakan Ayu sudah berangkat ke kampung halamannya di Aceh untuk melanjutkan kuliah di sana . “ Lagi juga gua heran sama lo Ra , Gantara kan pergi buat kuliah kenapa jadi lo yang senewen?” Tanya Ayu dari kejauhan sana . Aku menangis dan menjawab , “ gua juga gag tahu Yu , gua gag rela aja pokoknya , ditambah dia gag bilang sama gua kalau dia mau ambil beasiswa ke Australia itu , karena kan sebelumnya dia pernah bilang gag akan ambil .” Ayu menenangkanku dan berkata , “ya sudah , semua ini sudah pilihan terbaik menurut dia , sekarang yang lo bisa lakuin sebagai sahabatnya hanya mendukung apapun yang menjadi keputusan terbaik dia . Mending sekarang lo coba ikut ujian seleksi masuk universitas negeri , mumpung masih ada kesempatan Ra.” Dengan nada rendah aku menjawab , “ gag tahulah Yu , gua bingung , gua gag tahu harus gimana sekarang . Ya sudah , makasih ya udah dengerin curhat gua , walaupun lo jauh di Aceh.” “Iya Syafira , kapanpun lo mau curhat , gua selalu ada buat lo , karena gua masih sahabat lo sampai kapanpun . Udah ya sayang , jangan nangis lagi,” balas Ayu . Perasaanku sedikit tenang , seiring Ayu menutup telponku , memang dari dulu kata-kata Ayu yang hanya bisa membuat segala persaanku yang galau menjadi tenang .
Hari ini , dimana Gantara akan pergi meninggalkanku , tak ada sedikit inginku untuk mengantar kepergiannya . Aku ingin dia pergi tanpa melihat airmataku jatuh di hadapannya . “Gag ikut Ra?” Tanya kak Lintang . Dengan bemalas-malasan di kasur aku menjawab , “ kakak kalau mau pergi , pergi aja kak , aku di rumah sendiri juga gag apa-apa.” “Apa alasannya ?” Tanya kak Lintang lagi . “Gag ada alasan apa-apa kak , udah akh aku mau tidur lagi , badan aku gag enak,” jawabku lagi sambil menutup wajahku dengan selimut . “Kakak Cuma mau bilang sama kamu Ra , Syafira Namira Alatas yang kakak kenal gag pernah menyesali apa yang sudah menjadi keputusannya . Kakak harap kamu gag menyesal nantinya dan sabar menunggu sahabatmu kembali 4 sampai 5 tahun ke depan,” tambah kak Lintang . Kata-kata kak Lintang membuatku terdiam sejenak tanpa kata-kata , sampai mobil yang kak Lintang kendarai terdengar membangunkan lamunanku . “Ngapain juga aku terpengaruh sama kata-katanya kak Lintang , aku tetap gag mau pergi,” gerutuku dalam hati .
Kini Gantara telah pergi melanjutkan kuliahnya di Australia, aku di sini hanya bisa menyesali dan tak tahu harus berbuat apa. Benar apa kata kak Lintang, hanya penyesalan yang ada di hidupku sekarang. Aku pun tak mengerti dengan semua persaanku yang ada saat ini, aku sayang Gantara sebatas sahabat atau lebih. Tapi itu tak menjadi halangan dalam aku menjalankan hidupku ini. Dan sekarang aku pun akhirnya melanjutkan kuliah, ya walaupun bukan di universitas negeri. Gantara di Australia, Ayu di Aceh dan aku di sini, di jakarta .
Cerpen Persahabatan dan Cinta SAHABAT KEKASIH HATI
SAHABAT KEKASIH HATI
Sebuah kisah berawal dari kebersamaan kami mengarungi hidup ini, sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Kami selalu menghabiskan waktu kami bersama dengan bermain di taman yang terdapat di komplek perumahan. Tidak ada sedikitpun waktu yang tak kami habiskan bersama. Kebersamaan kami tercipta karena kedua orangtua kami bersahabat sejak jaman SMA. Dan sekarang kami telah tumbuh dewasa, lulus dari SMA dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
“Syafira ........ ,” teriak mama yang membangunkanku dari tidur yang terselimuti mimpi-mimpi indah. Syafira, ya itu tentu nama aku. Kakek yang memberikan nama itu untukku, Syafira Namira Alatas. Tanpa aku menjawab panggilan mama, aku bergegas bangun dan mandi. Sudah kebiasaan pagiku seperti ini.
“Pagi Ma, Pa,” sapaku setelah turun dari istana kamarku.
“Kamu tidak pergi mencari universitas untuk kamu melanjutkan pendidikan , Ra ?” Tanya mama kepadaku .
Dengan nada santai aku menjawab , “gimana ya Ma , tahun depan saja ya ?”
“Lohh , kenapa kamu tanya sama mama ? Kan kamu yang ingin menjalaninya . Apa kamu tidak ada keinginan melanjutkan ? Ya kalau bisa di luar negeri seperti Gantara ,” balas mama . Gantara Prawija , dialah sahabatku sejak Taman Kanak-kanak , anak dari sahabat kedua orangtuaku .
Dengan tertawa aku menjawab , “hahaha , haduhh Mama , Gantara juga gag ambil beasiswa yang didapatnya .”
Tanpa diundang untuk ikut berbicara , kak Lintang sambil memegang kepalaku membalas , “sok tahu kamu , kamu tahu dari mana ?”
Kak Lintang , kaka lelakiku yang sangat sayang padaku .
“Ya aku tahu dari orangnya langsunglah kak , masa tahu dari pembantu rumahnya,” sambarku dengan cepat .
“Benar-benar sok tahu ini anak , makanya tanya lagi sama anaknya yang pasti . Orang kemaren anaknya ngomong sendiri mau ambil beasiswa itu,” tambah kak Lintang . Dengan nada rendah dan sedikit kecewa aku bertanya ,
“kakak serius Gantara yang bilang sendiri ?”
“Iya kucing manis .....,” jawab kak Lintang . Tanpa banyak bicara aku bergegas kembali ke kamar dengan rasa kecewa .
“Kenapa tuh anak Ma ?” tanya kak Lintang . Mama hanya bisa menjawab dengan menaikkan kedua bahunya karena tidak tahu .
Sore yang indah , ditemanani udara yang sejuk , matahari sore yang menyapa dan hijaunya rerumputan . Perasaan kecewaku terhadap Gantara masih menyelimuti hatiku . Tanpa rasa bersalah dia mengajakku ke taman sore ini . “Kemarin seharian kemana , Ra ?” Tanya Gantara dengan memandangi wajahku . Aku yang tak ingin menatap wajahnya berusaha untuk menjawab, “di rumah aja ko , mau main gag enak badan , lagi pula kata kak Lintang juga kamu keluar kan dari pagi.” “Maafkan aku Ra , jika kamu sekarang merasa aku sudah mengecewakan kamu . Tapi aku tidak bermaksud seperti itu , ingin aku mengatakannya kepadamu hari ini , tapi aku yakin kamu sudah tahu apa yang ingin aku katakan kepadamu,” jelas Gantara dengan rasa bersalahnya . “Apa sudah kamu urus semuanya ? Kapan berangkatnya ?” Tanyaku dengan sedikit berlinang airmata . Kedua tangannya yang dingin memegang erat bahuku dan dia hadapkan aku pada wajahnya dan menjawab , “ tak perlu kau tangisi aku Ra , sekian lamanya kita bersama , aku tak ingin melihat airmatamu jatuh hanya untuk kepergianku . Selama ini , aku pergipun tak mengapa untukmu Ra .” “Selama ini kamu pergi ke luar kota Gan dan itu pun hanya hitungan hari , tapi ini kamu pergi untuk hitungan waktu bertahun-tahun dan bukan ke luar kota melainkan ke luar negeri ,” balasku dengan nada tinggi . Aku bangkit dari tempat dudukku dan segera meninggalkan Gantara di taman seorang diri . Aku masih tidak mengerti dengan keputusannya , tiba-tiba dan tidak memikirkan perasaanku dan perkataan dia saat melanngkahkan kaki keluar gerbang sekolah selepas kelulusan . “Aku tidak akan meninggalkan kamu sendiri Ra,” kata Gantara dengan memegang erat tanganku .
Sudah 2 hari aku tidak berkomunikasi dengan Gantara , setiap dia sms ataupun menelpon , aku tidak memberikan jawaban . Memang hubungan yang kami jalani hanya sebatas persahabatan , tapi aku merasa ada yang hilang dari hidupku jika dia pergi meninggalkanku . Dulu teman-temanku sering bilang , kalau kami cocok menjadi sepasang kekasih . Namun , tak sedikit terlintas perasaan ingin memiliki Gantara lebih dari seorang sahabat . Ayu , sahabatku dan Gantara semasa SMA , selalu memberikan masukkan kepadaku 2 hari ini . Sayangnya , hanya memalui ponsel kami berkomunikasi , itu dikarenakan Ayu sudah berangkat ke kampung halamannya di Aceh untuk melanjutkan kuliah di sana . “ Lagi juga gua heran sama lo Ra , Gantara kan pergi buat kuliah kenapa jadi lo yang senewen?” Tanya Ayu dari kejauhan sana . Aku menangis dan menjawab , “ gua juga gag tahu Yu , gua gag rela aja pokoknya , ditambah dia gag bilang sama gua kalau dia mau ambil beasiswa ke Australia itu , karena kan sebelumnya dia pernah bilang gag akan ambil .” Ayu menenangkanku dan berkata , “ya sudah , semua ini sudah pilihan terbaik menurut dia , sekarang yang lo bisa lakuin sebagai sahabatnya hanya mendukung apapun yang menjadi keputusan terbaik dia . Mending sekarang lo coba ikut ujian seleksi masuk universitas negeri , mumpung masih ada kesempatan Ra.” Dengan nada rendah aku menjawab , “ gag tahulah Yu , gua bingung , gua gag tahu harus gimana sekarang . Ya sudah , makasih ya udah dengerin curhat gua , walaupun lo jauh di Aceh.” “Iya Syafira , kapanpun lo mau curhat , gua selalu ada buat lo , karena gua masih sahabat lo sampai kapanpun . Udah ya sayang , jangan nangis lagi,” balas Ayu . Perasaanku sedikit tenang , seiring Ayu menutup telponku , memang dari dulu kata-kata Ayu yang hanya bisa membuat segala persaanku yang galau menjadi tenang .
Hari ini , dimana Gantara akan pergi meninggalkanku , tak ada sedikit inginku untuk mengantar kepergiannya . Aku ingin dia pergi tanpa melihat airmataku jatuh di hadapannya . “Gag ikut Ra?” Tanya kak Lintang . Dengan bemalas-malasan di kasur aku menjawab , “ kakak kalau mau pergi , pergi aja kak , aku di rumah sendiri juga gag apa-apa.” “Apa alasannya ?” Tanya kak Lintang lagi . “Gag ada alasan apa-apa kak , udah akh aku mau tidur lagi , badan aku gag enak,” jawabku lagi sambil menutup wajahku dengan selimut . “Kakak Cuma mau bilang sama kamu Ra , Syafira Namira Alatas yang kakak kenal gag pernah menyesali apa yang sudah menjadi keputusannya . Kakak harap kamu gag menyesal nantinya dan sabar menunggu sahabatmu kembali 4 sampai 5 tahun ke depan,” tambah kak Lintang . Kata-kata kak Lintang membuatku terdiam sejenak tanpa kata-kata , sampai mobil yang kak Lintang kendarai terdengar membangunkan lamunanku . “Ngapain juga aku terpengaruh sama kata-katanya kak Lintang , aku tetap gag mau pergi,” gerutuku dalam hati .
Kini Gantara telah pergi melanjutkan kuliahnya di Australia, aku di sini hanya bisa menyesali dan tak tahu harus berbuat apa. Benar apa kata kak Lintang, hanya penyesalan yang ada di hidupku sekarang. Aku pun tak mengerti dengan semua persaanku yang ada saat ini, aku sayang Gantara sebatas sahabat atau lebih. Tapi itu tak menjadi halangan dalam aku menjalankan hidupku ini. Dan sekarang aku pun akhirnya melanjutkan kuliah, ya walaupun bukan di universitas negeri. Gantara di Australia, Ayu di Aceh dan aku di sini, di jakarta .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar